Tahun 2003 silam, Emha Ainun Nadjib pernah menulis artikel untuk menanggapi carut-marut konflik Raja Dangdut dengan budaya goyang ngebor yang 'katanya' dilekasi Inul. Tajuknya pun gak kalah panas; Pantat Inul Adalah Wajah Kita Semua , tulisnya. Dalam artikel itu, Emha mencolek Sang Raja Dangdut, sebagai figur Bapak dari masyarakat dangdut yang adalah anak asuhnya. Ketidaksetujuan Bapak Dangdut atas perilaku nge- bor Inul dianggap Emha sebagai perilaku yang tergesa-gesa dan tidak bijaksana. Karena sesungguhnya goyang nge- bor nya si Inul adalah rekapitulasi budaya dangdut yang sadar atau tidak sadar sudah dibiarkan Raja Dangdut untuk tumbuh dalam Kerajaannya. Kemana si Bapak Dangdut sewaktu budaya ini marak di pelosok tanah air? Kenapa seakan-akan baru sadar akan keberadaannya ketika goyang Inul nge-top? Sebenarnya yang dimusuhi itu goyangnya atau kenge-top-annya? Kemana perginya kepedulian itu ketika industri dangdut kita yang kapitalistik ini memupuk budaya goyang aurat? Hari ...